Selamat Datang di MY NICE BLOG --- Welcome to MY NICE BLOG --- Selamat Datang di MY NICE BLOG --- Welcome to MY NICE BLOG --- Selamat Datang di MY NICE BLOG --- Welcome to MY NICE BLOG

Kamis, 22 Januari 2015

Biografi 7 Pahlawan Revolusi



Letnan Jenderal Anumerta
Siswondo Parman
TTL            : Wonosobo, 4 Agustus 1918
Agama       : Islam
Pangkat     : Letnan Jenderal
Makam      : Taman Makan Pahlawan Kalibata
Riwayat    
Letjen. Anumerta Siswondo Parman merupakan perwira intelijen, sehingga tahu kegiatan rahasia PKI yaitu membentuk Angkatan Kelima. Penolakan yang membuatnya dimusuhi dan menjadi korban pembunuhan PKI. Pendidikan terakhirnya adalah Sekolah Tinggi Kedokteran..
Setelah tidak bisa meneruskan sekolah kedokteran, ia bekerja pada Jawatan Kenpeitai. Di sana ia dicurigai Jepang sehingga ditangkap, namun tidak lama kemudian dibebaskan kembali. Sesudah itu, ia dikirim ke Jepang untuk mengikuti pendidikan pada Kenpei Kasya Butai. Sekembalinya ke tanah air ia kembali lagi bekerja pada Jawatan Kempeitai.
Awal kariernya di militer mengikuti Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Pada akhir bulan Desember 1945, ia diangkat menjadi Kepala Staf Markas Besar Polisi Tentara (PT) di Yogyakarta.
Agresi Militer II Belanda, ia turut berjuang dengan melakukan perang gerilya. Pada Desember 1949 ia ditugaskan sebagai Kepala Staf Gubernur Militer Jakarta Raya. Keberhasilannya adalah membongkar rahasia gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang akan melakukan operasinya di Jakarta di bawah pimpinan Westerling. Selanjutnya, Maret 1950, ia diangkat menjadi kepala Staf G. dan setahun kemudian dikirim ke Amerika Serikat untuk mengikuti pendidikan pada Military Police School.
Pulang dari Amerika  ditugaskan di Kementerian Pertahanan. Kemudian diangkat menjadi Atase Militer RI di London, tahun 1959. Tahun 1964, ia diberi tugas sebagai Asisten I Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad) dengan pangkat Mayor Jenderal. Ketika menjabat Asisten I Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad), pengaruh PKI juga sedang marak di Indonesia.
PKI dekat dengan Presiden Soekarno dan sebagian rakyat sudah terpengaruh. Namun sebagai perwira intelijen, S. Parman sudah banyak mengetahui kegiatan rahasia PKI maka ketika PKI mengusulkan agar kaum buruh dan tani dipersenjatai (Angkatan Kelima), Ia bersama Perwira Angkatan Darat lainnya menolak usul yang mengandung maksud tersembunyi itu.
Pangkat S. Parman sebelumnya Mayor Jenderal dinaikkan menjadi Letnan Jenderal.

Kapten Peiere Andreas Tandean

TTL           : Jakarta, 21 Februari 1939
Agama       : Kristen Protestan
Pangkat     : Ajudan dari Jenderal Besar DR. A.H. Nasution
Makam      : Taman Makan Pahlawan Kalibata
Riwayat    
Kapten Czi (Anm.) Pierre Andreas Tendean adalah salah seorang korban  peristiwa Gerakan 30 September dan merupakan pahlawan revolusi Indonesia. Ia meninggal umur 26 tahun.
Beliau adalah ajudan dari Jenderal Besar DR. Abdul Harris Nasution (Menko Hankam/Kepala Staf ABRI) pada era Soekarno. Abdul Harris Nasution lolos dari peristiwa penculikan tetapi anaknya, Ade Irma Suryani Nasution tewas tertembus peluru. Pierre Tendean sendiri ditangkap oleh segerombolan penculik dan dibunuh di Lubang Buaya. Ia diculik karena dikira adalah Jenderal Besar DR. A.H. Nasution.
Pierre adalah pria blasteran Minahasa - Perancis yang fasih berbahasa Jawa. Lulusan ATEKAD tahun 1961 ini bergabung dengan corps Genie (sekarang corps Zeni) dan posisinya dua tahun junior di bawah mantan Wapres Try Sutrisno.
Setelah lulus dari pendidikan militer, ia langsung mengajukan diri untuk bergabung dengan garis depan dalam peristiwa Konfrontasi Indonesia-Malaysia. Wajah indo-nya membuat Pierre dengan mudah bolak balik Indonesia - Singapura sebagai intelijen untuk mengumpulkan data. Kurang lebih Pierre berhasil melakukan infiltrasi sebanyak 6 kali, yang terakhir nyaris membuatnya terbunuh
Saat ini sedang direncanakan tentang pembuatan film mengenai Pierre Tendean dengan judul Pierre.

Letnan Jenderal Anumerta
R. Suprapto

TTL           : Purwokerto, 20 Juni 1965
Agama       : Islam
Pangkat     : Letnan Jenderal
Makam      : Taman Makan Pahlawan Kalibata
Riwayat            
Letnan Jenderal TNI Anumerta R. Suprapto usianya hanya terpaut empat tahun lebih muda dari sang Panglima Besar. Pendidikan formalnya setelah tamat MULO (SLTP) adalah AMS (setingkat SMU) Bagian B di Yogyakarta yang diselesaikannya tahun 1941. Sekitar tahun itu pemerintah Hindia Belanda mengumumkan milisi sehubungan dengan pecahnya Perang Dunia Kedua. Ketika itulah ia memasuki pendidikan militer Koninklijke Militaire Akademie di Bandung.
Ia dipenjarakan oleh Jepang, kemudian ia berhasil melarikan diri. Selepas pelariannya, ia mengikuti kursus Pusat Latihan Pemuda, latihan keibodan, seinendan, dan syuisyintai dan bekerja di Kantor Pendidikan Masyarakat. Di awal kemerdekaan, ia turut serta berjuang dan berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Cilacap. Kemudian, ia masuk menjadi anggota Tentara Keamanan Rakyat di Purwokerto.
Di Tentara Keamanan Rakyat (TKR), ia mencatatkan sejarah dengan ikut seta dalam pertempuran di Ambarawa melawan tentara Inggris. Ketika itu, pasukannya dipimpin oleh Panglima Besar Sudirman. Ia pernah menjadi ajudan dari Panglima Besar. Pertama ia ditugaskan sebagai Kepala Staf Tentara dan Teritorial (T&T) IV/ Diponegoro di Semarang. Kemudian ke Jakarta menjadi Staf Angkatan Darat, lalu ke Kementerian Pertahanan. Setelah pemberontakan PRRI/Permesta padam, ia diangkat menjadi Deputy Kepala Staf Angkatan Darat untuk wilayah Sumatera yang bermarkas di Medan.
Pangkat R. Suprapto sebelumnya Mayor Jenderal dinaikkan menjadi Letnan Jenderal. Daerah Lubang Buaya, di depan sumur tua dibangun Tugu Kesaktian Pancasila.

Jenderal TNI Anumerta
Achmad Yani

TTL           : Purworejo, 19 Juni 1922 
Agama       : Islam
Pangkat     : Jenderal
Makam      : Taman Makan Pahlawan Kalibata
Riwayat     :        
Jenderal TNI Anumerta Achmad Yani mengawali di HIS (SD) Bogor, lulus tahun 1935. Kemudian, melanjutkan sekolah ke MULO (SMP) kelas B Afd. Bogor, tamat pada tahun 1938. Lalu masuk ke AMS (SMU) bagian B Afd. Jakarta.
Achmad Yani mengikuti pendidikan militer di Dinas Topografi Militer, Malang dan lebih intensif nya di Bogor. Achmad Yani mengawali karir militer dengan pangkat Sersan. Kemudian, pendudukan Jepang di Indonesia (tahun 1942), mengikuti pendidikan Heiho di Magelang dan masuk tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor.
Achmad Yani berhasil menyita senjata Jepang di Magelang. Setelah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia diangkat menjadi Komandan TKR Purwokerto. Ketika Agresi Militer I Belanda terjadi, pasukan Achmad Yani beroperasi dan berhasil menahan serangan Belanda di Pingit. Saat Agresi Militer II Belanda terjadi, ia dipercayakan memegang jabatan sebagai Komandan Wehrkreise II yang berada di pertahanan Kedu. Setelah Indonesia mendapat pengakuan kedaulatan, ia diberi tugas melawan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia yang membuat kekacauan di Jawa Tengah. Achmad Yani membentuk pasukan Banteng Raiders untuk mengalahkan DI/TII .
Tahun 1955, Achmad Yani kembali sekolah di Command and General Staff College di Fort Leaven Worth, Kansas, USA selama 9 bulan. Tahun 1956, ia mengikuti pendidikan.
Tahun 1958, pemberontakan PRRI di Sumatera Barat, Achmad Yani yang  berpangkat Kolonel diangkat menjadi Komandan Komando Operasi 17 Agustus untuk memimpin penumpasan pemberontakan PRRI. Sampai tahun 1962, ia diangkat menjadi Menteri/Panglima Angkatan Darat.
Achmad Yani selalu berbeda paham dengan PKI. Ia menolak keinginan PKI untuk membentuk Angkatan Kelima. Pangkat Achmad Yani sebelumnya Letnan Jenderal dinaikkan menjadi Jenderal.

 Letnan Jenderal Anumerta
M.T.Haryono

TTL           : Surabaya, 20 Januari 1924
Agam         a        : Islam
Pangkat     : Letnan Jenderal
Makam      : Taman Makan Pahlawan Kalibata
Riwayat     :        
Letnan Jenderal TNI Anumerta Mas Tirtodarmo Haryono adalah pahlawan revolusi Indonesia yang terbunuh saat peristiwa Gerakan 30 September. Ia meninggal umur 41 tahun.
Letjen Anumerta M.T. Haryono memperoleh pendidikan di ELS (SD) kemudian ke HBS (SMU). Tamat dari HBS, ia masuk Ika Dai Gakko (Sekolah Kedokteran) di Jakarta.
Ketika kemerdekaan RI diproklamirkan, ia berada di Jakarta segera bergabung dengan pemuda lain untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan. Perjuangan itu dilanjutkannya dengan masuk ke Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Awal pengangkatan memperoleh pangkat Mayor.
Selama terjadinya perang mempertahankan kemerdekaan antara tahun 1945 - 1950, ia sering dipindah tugaskan. Pertama, ia ditempatkan di Kantor Penghubung, kemudian sebagai Sekretaris Delegasi RI dalam perundingan dengan Inggris dan Belanda. Suatu kali ia juga pernah ditempatkan sebagai Sekretaris Dewan Pertahanan Negara dan lain waktu sebagai Wakil Tetap pada Kementerian Pertahanan Urusan Gencatan Senjata. Dan ketika diselenggarakan Konferensi Meja Bundar (KMB), ia merupakan Sekretaris Delegasi Militer Indonesia.

 Mayor Jenderal Anumerta
Donald Isac Panjaitan

TTL           : Tapanuli, 9 Juni 1925
Agama       : Kristen Protestan
Pangkat     : Mayor Jenderal 
Makam      : Taman Makan Pahlawan Kalibata
Riwayat            
Mayor Jenderal TNI Anumerta Donald Isaac Panjaitan adalah pahlawan revolusi terkenal di Indonesia. Ia meninggal dalam usia yang muda yaitu 40 tahun. Panjaitan adalah pahlawan yang pernah mengenyam bangku SD hingga kuliah di Associated Command and General Staff College, Amerika Serikat. Selama di Indonesia, ia menjadi anggota Gyugun di Pekanbaru, Riau dan membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang kemudian berubah menjadi TNI. Ia menduduki jabatan sebagai komandan batalyon di TKR yang kemudian menjadi Kumandan Pendidikan Divisi IX/Banteng di Bukittinggi (Tahun 1948). Kemudian, ia menjadi Kepala Staff Umum IV (Supplay) Komandemen Tentara Sumatra.
Pimpinan Perbekalan Perjuangan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) berhasil diraihnya ketika Agresi Militer II Belanda. Setelah Agresi Militer II Belanda berakhir, ia diangkat menjadi Kepala Staf Operasi Tentara dan Teritorium (T&T) I Bukit Barisan di Medan selanjutnya di pindahkan ke Palembang menjadi Kepala Staf T&T II/Sriwijaya.
Setelah pulang menuntut ilmu di Amerika Serikat, Panjaitan membongkar rahasia PKI akan pengiriman senjata dari Republik Rakyat China yang dimasukkan ke dalam peti-peti bahan bangunan . Senjata tersebut diperkirakan akan digunakan PKI untuk melancarkan aksi pemberontakan.

 Mayor Jenderal TNI Anumerta
Sutoyo Siswomiharjo

TTL           : Kebumen, 23 Agustus 1922
Agama       : Islam
Pangkat     : Mayor Jenderal
Makam      : Taman Makan Pahlawan Kalibata
Riwayat            
Sutoyo Siswomiharjo menamatkan sekolah HIS di Semarang. Lalu melanjutkan pendidikan ke AMS di Semarang (tahun 1942). Setelah itu, ia mengikuti pendidikan di Balai Pendidikan Pegawai Tinggi di Jakarta. 
          Sebelum menjadi tentara, Sutoyo bertugas sebagai Pegawai Menengah/III di Kabupaten Purworejo.
Sutoyo menjabat Kepala Organisasi Resimen II PT (Polisi Tentara) Purworejo dengan pangkat Kapten (1946). Bulan Juni 1946, ia menjadi ajudan kolonel Gatot Soebroto. Kemudian menjadi Kepala Staf CPMD Yogyakarta (1948-1949). Tahun 1950, Mayor Sutoyo menjabat sebagai Komandan Batalyon I CPM dan tahun 1951 Danyon V CPM. Tahun 1954 beliau menjabat Kepala Staf Markas Besar Polisi Militer.
Tahun 1955 sebagai Pamen diperbantukan SUAD I dengan pangkat Letkol hingga tahun 1956. Lalu pada tahun yang sama, beliau diangkat menjadi Asisten ATMIL di London. 
Setelah kembali di Indonesia dan selesai mengikuti pendidikan Kursus "C" Seskoad tahun 1960. Tahun 1961, pangkatnya menjadi Kolonel dan menjabat sebagai IRKEHAD. Tahun 1964, pangkatnya menjadi Brigjen.
Sutoyo menolak pembentukan angkatan kelima.
Tanggal 1 Oktober jam 04.00 dini hari, Brigjen TNI Sutoyo diculik dan dibunuh oleh gerombolan G 30 S/PKI.. Dengan todongan bayonet, mereka menanyakan kepada pembantu rumah untuk menyerahkan kunci pintu yang menuju kamar tengah. Setelah pintu dibuka oleh Brigjen TNI Sutoyo, maka pratu Suyadi dan Praka Sumardi masuk ke dalam rumah, mereka mengatakan bahwa Brigjen TNI Sutoyo dipanggil oleh Presiden. Kedua orang itu membawa Brigjen TNI Sutoyo ke luar rumah sampai pintu pekarangan diserahkan pada Serda Sudibyo.
Dengan diapit oleh Serda Sudibyo dan Pratu Sumardi, Brigjen TNI Sutoyo berjalan keluar pekarangan meninggalkan tempat untuk selanjutnya dibawa menuju Lubang Buaya, dan disana beliau gugur karena dianiaya di luar batas-batas kemanusiaan oleh gerombolan G 30 S/PKI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar